Judul Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick dalam meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD N 2 Tataaran
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu hal yang
harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan
taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain.
Menurut
UU No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju,
tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin,
beretos kerja, sehat jasmani dan
rohani.
Sehingga sistem pendidikan nasional
harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas
pendidikan, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi
tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global
sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan
berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu perlu
adanya peran aktif dari semua pihak diantaranya adalah pemerintah, orang tua
siswa, guru dan lain-lain.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang dibutuhkan dirinya dalam masyarakat, bangsa dan negara.
Penyelenggaraan sekolah dasar berpijak pada beberapa peraturan
perundang-undangan sebagai landasan yuridis. Ada tiga peraturan peraturan
perundang-undangan yang dijadikan landasan yuridis penyelenggaraan sekolah
dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, dan peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang
pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengikuti pendidikan menengah.
Bahasa
memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sekaligus sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari
semua mata pelajaran. Bahasa digunakan sebagai modal dasar untuk menggali dan
mempelajari ilmu pengetahuan yang belum dimiliki, serta mampu mengembangkan
potensi yang dimiliki manusia. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa
mengenal dirinya, budayanya, perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan
serta menggunakan kemampuan berpikir dan berimajinasi yang ada dalam
dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terdapat empat aspek
keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca
dan menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan
antara satu dengan yang lain.
Pembelajaran bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar bisa menjadi pembelajaran yang menarik bagi siswa apabila guru
dapat membelajarkan sesuai dengan langkah pembelajaran yang tepat. Namun, ketika
peneliti melakukan observasi awal di kelas V SDN 2 Tataaran, pembelajaran yang
dilakukan masih bersifat konvensional yaitu proses pembelajaran yang berpusat
pada guru, misalnya karena selama proses belajar mengajar guru hanya
menggunakan metode ceramah, sehingga nilai bahasa Indonesia siswa kelas V SDN 2
Tataaran dengan jumlah siswa 24 orang hanya 9 orang yang berhasil, yang artinya
hanya 37,5% yang memperoleh nilai 70 keatas, sedangkan 62,5% mendapatkan nilai
di bawah 70. Persentase ketuntasan tersebut masih jauh dari tujuan yang
diharapkan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, terbagi dua pembelajaran
membaca yaitu pembelajaran membaca permulaan dan pembelajaran membaca
pemahaman. Peneliti melakukan penelitian pada pembelajaran membaca pemahaman di
kelas V tentang cerita.
Agar pembelajaran bahasa Indonesia
menjadi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, salah satunya dapat
dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran talking stick. Talking stick
merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan kondisi
dan suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur permainan dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan model
talking stick karena selama proses
pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa
diberikan waktu beberapa saat untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung. Mengingat
dalam talking stick, hukuman dapat
diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau hukuman-hukuman
yang sifatnya positif dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian,
pembelajaran dengan model talking stick murni
berorientasi pada aktivitas individu siswa yang dilakukan dalam bentuk
permainan.
Fakta di lapangan tersebut
memberikan inspirasi sekaligus motivasi bagi peneliti untuk melakukan tindakan
peningkatan pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Talking
Stick dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri 2 Tataaran”.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka yang menjadi rumusan masalah
adalah “ Bagaimana penerapan model pembelajaran Talking Stick untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia
siswa kelas V SD Negeri 2 Tataaran? “
3. Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan hasil penerapan model pembelajaran Talking Stick dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia
siswa kelas V SD Negeri 2 Tataaran.
4.
Manfaat Penelitian
4.1.Bagi guru : sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
dan menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatkan kemampuan
belajar siswa.
4.2.Bagi siswa : meningkatkan kemampuan belajar siswa
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V.
4.3.Bagi peneliti : hasil penelitian ini akan memperkaya pengetahuan
dan kemampuan dalam mengembangkan model-model pembelajaran inovatif di SD.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
1.
Model
Pembelajaran
1.1. Pengertian
Model Pembelajaran Menurut Para Ahli
Menurut Arends dalam Elearningunesa.co.id,(2009) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam
tutorial, Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Secara harafiah menurut Isjoni dalam elearningunesa.co.id,(2009) model
pembelajaran adalah strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi
belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki
keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran.
Menurut Agus Supriono model pembelajaran adalah pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial. Gunter et al mendefinisikan an instructional model is a step-by-step
procedure that leads to specific learning outcomes. Dalam H. Setiawan, (2010)
Menurut
Joyce & Weil dalam Sumantri, (1999) model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam pengorganisasian
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.
Model pembelajaran
merupakan suatu
rencana dan pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang
bahan-bahan pengajaran, dan membimbing pengajaran di kelas atau yang lain.
Menurut Joyce and Weil dalam Eka, (2010) model
pembelajaran memliki lima unsur dasar yaitu : sintaks yaitu langkah-langkah
operasional pembelajaran, sosial sistem adalah suasana dan norma yang berlaku
dalam pembelajaran, principles of reaction yaitu menggambarkan bagaimana
seharusnya guru memandang, memperlakukan dan merespon siswa, support system
yaitu segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung
pembelajaran, dan instructional dan nurturant effect yaitu hasil belajar yang
diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar dan hasil belajar di luar
yang disasar.
1.2. Model-Model Pembelajaran
Sebagai seorang guru harus mampu
memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam
memilih model pembelajaran guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa,
bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar model pembelajaran
dapat di terapkan secara efektif.
”Menurut Kardi dan Nur dalam Admin,
(2011) ada lima bentuk model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelolah
pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif,
pembelajaran berdasarkan masalah, diskusi dan learning strategi”.
Berikut ini disajikan beberapa contoh model pembelajaran akan tetapi sajian yang dikemukakan ini berupa pengertian sintaksnya:
(1) pembelajaran Langsung (Direct Instruction). Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang
menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara
pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan
prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini
sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi). (2) GI (Group Investigation). Model kooperatif tipe GI
dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas,
rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek
tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan
jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di
kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahan data penyajian data hasil
investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan reward. (3) Talking Stick. Sintaks pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian
materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat
dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab
pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepada
siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing
kesimpulan-refleksi-evaluasi. (4) Pembelajaran
Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning) Kehidupan
adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir
tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif,
terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan
agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator
model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi,
induksi. (5) STAD (Student Teams Achievement Division) STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif
dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan
bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga
terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa
atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. identifikasi,
investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri. (6) Artikulasi. Artikulasi adalah model pembelajaran dengan sintaks: penyampaian konpetensi,
sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa
menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian,
presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan. (7) Snowball Throwing Sintaksnya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk
kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di
kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan
kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyimpulan,
refleksi dan evaluasi. Dalam syacom.blogspot.com, (2012).
2.
Pembelajaran
Talking Stick
Talking Stick adalah metode yang pada mulanya
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau
menyampaikan pendapat dalam suatu forum. sebagaimana dikemukakan Carol Locust
dalam (Deden:2010) berikut ini.
The talking stick has been used for centuries by many Indian
tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly
used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of
great concern would come before the council, the leading elder would hold the
talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to
say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him
would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to
another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passed
back to the elder for safe keeping.
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh
suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat
berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai
hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah,
ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila
ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan
berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan
pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu
dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang
mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.
Pembelajaran Talking Stick adalah
pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses
belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui
permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada
saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan.
Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang
tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran. Model
pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat
wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP,
dan SMA/SMK.
Langkah-langkah model pembelajaran talking stick. Depdiknas (2006):
1)
Guru menyiapkan tongkat
2)
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari
materi
3)
Setelah selesai membaca dan mempelajari materi/buku
pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya
4)
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,
setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut
harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5)
Guru memberikan kesimpulan
6)
Evaluasi
7)
Penutup
3.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick
Setiap
model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, karena keefektifan setiap
model tergantung bagaimana kondisi yang ada di sekolah atau kelas tersebut.
3.1.Kelebihan
a. Menguji
kesiapan siswa.
b. Melatih
membaca dan memahami dengan cepat.
c. Membuat
siswa lebih giat dalam belajar.
3.2.Kekurangan
a. Membuat
siswa senam jantung. Deden (2010).
4.
Tujuan dan
Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia
4.1. Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia
Pengajaran
bahasa Indonesia bertujuan untuk mengembangakan kemampuan menggunakan bahasa
Indonesia dalam segala fungsinya, yaitu sebagai saran komunikasi, sarana
berpikir/bernalar, sarana persatuan , dan sarana kebudayaan.
Tujuan
pengajaran bahasa Indonesia di SD :
1. Untuk
mengembangkan kemampuan atau keterampilan serta sikap berbahasa yang menyangkut
fungsinya sebagai alat komunikasi dan penalaran.
2.
Pendidikan bahasa di SD tidak hanya sekedar memberikan
kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga harus dapat mengembangkan kemampuan
berpikir siswa. Direktorat Pendidikan Tinggi dalam S. Akhadiah, dkk (1993).
Pernyataan
ini menyatakan bahwa guru-guru SD harus dapat mengembangkan kemampuan berpikir
siswa melalui kegiatan belajar-mengajar bahasa Indonesia. Disamping
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa yang baik dan benar, guru
harus dapat mengmbangkan kebiasaan serta kemampuan berpikir nalar dan kreatif
secara tertib melalui bahasa yang tertib pula.
4.2. Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa
Indonesia
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa
Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang
meliputi aspek-aspek sebagai berkut:
4.2.1.
Keterampilan
Menyimak
“Menyimak
menurut Djago Tarigan dalam Resmini, dkk (2006:149) adalah suatu proses yang
mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.”
4.1.2
Keterampilan
Berbicara
"Menurut
Guntur Tarigan dalam Isah
C. & Hodijah (2008), Keterampilan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan,, dan perasaan”.
4.2.3.
Keterampilan Membaca
“Menurut
Tarigan dalam Resmini & Juanda (2008:74) membaca adalah kegiatan
berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan dalam bentuk cetakan cetakan
(huruf-huruf). Menurut Heilman dalam Resmini, dkk (2006:227) membaca
adalah interaksi dengan bahasa yang sudah dialihkdekan dalam bahasa tulisan.”
4.1.3
Keterampilan Menulis
“Menulis
itu berhubungan dengan membaca, mewicara dan menyimak. Baik menulis maupun
membaca, mewicara dan menyimak memiliki fungsi untuk manusia dalam
mengkomunikasikan pesan melalui bahasa.”
5
Hasil
Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses
belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil
cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan
perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta
dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil
belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya
prestasi belajar) dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak
diukur.
“Menurut Bloom dalam Kamdi Waras, (2010) menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk
mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.” Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga
ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil
pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata
lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan
ketiga ranah tersebut. Untuk
lebih spesifiknya, Hamid dan Asmawi Z. (1992) merincinya sebagai
berikut:
5.1.Ranah Kognitif, berhubungan
dengan kemampuan berpikir. Dalam taksonomi Bloom dikenal ada 6 jenjang yaitu
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi
5.2.Ranah Afektif, berhubungan
dengan minat, perhatian, sikap, emosi, penghargaan, proses internalisasi dan
pembentukkan karakteristik diri.
5.3.Ranah Psikomotor, berhubungan
dengan kemampuan gerak atau manipulasi yang bukan disebabkan oleh kematangan
biologis. Kemampuan gerak atau manipulasi tersebut dikendalikan oleh kematangan
psikologis. Jadi kemampuan tersebut adalah kemampuan yang dapat dipelajari.
BAB III
METODE PENELITIAN
1.
Rancangan Penelitian
Pelaksanaan
tindakan
|
perencanaan
|
aksi
|
refleksi
|
observasi
|
Perencanaan ulang
|
refleksi
|
Observasi
|
Aksi
|
(Sumber :Adaptasi dari Hopkins dalam Zainal Aqib 2006
: 31)
setiap siklus pembelajaran model ini
terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu :
1.1.Perencanaan
1.2.Pelaksanaan/tindakan
1.3.Pengamatan/observasi
1.4.Refleksi
Siklus I
1.
Tahap
Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti
mengambil materi tentang “membaca dan menyimpulkan cerita”. Hal yang dilakukan
pada tahap perencanaan ini adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan
media (tongkat), membuat lembar penilaian, menyusun pertanyaan saat menjalankan
tongkat dan menyiapkan instrumen pengamatan.
2.
Tahap
Tindakan/pelaksanaan
Melaksanakan tindakan sesuai dengan
persiapan atau perencanaan dengan menggunakan rancangan pembelajaran model
pembelajaran Talking Stick melalui
materi “membaca dan menyimpulkan cerita”.
1)
Apersepsi dan pengelolan kelas
2)
Guru menyampaikan materi tentang “membaca dan menyimpulkan cerita”, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi
3)
Setelah selesai membaca cerita dan
mempelajarinya, siswa menutup bukunya.
4)
Guru mengambil tongkat dan
menjalankan tongkat kepada siswa sambil menyanyikan sebuah lagu, setelah itu
guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang mereka baca dan pelajari, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru
5)
Guru memberikan kesimpulan tentang materi
6)
Evaluasi
3.
Tahap
Observasi/pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format pengamatan.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara tuntas dalam konteks pembelajaran.
4.
Tahap
Refleksi
Pada tahap ini peneliti berefleksi
terhadap hasil pengamatan tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil
refleksi ini merupakan dasar untuk pelaksanaan siklus berikutnya.
Siklus
II
Pelaksanaan
pembelajaran siklus II sama dengan pembelajaran pada siklus I yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi dan refleksi.
1.
Tahap
Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti
mengambil materi yang sama dengan siklus pertama. Hal yang dilakukan pada tahap
perencanaan ini adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan
media (tongkat), membuat lembar penilaian, menyusun pertanyaan saat menjalankan
tongkat dan menyiapkan instrumen pengamatan.
2.
Tahap
Tindakan/pelaksanaan
Melaksanakan tindakan sesuai dengan
persiapan atau perencanaan dengan menggunakan rancangan pembelajaran model
pembelajaran Talking Stick melalui materi “membaca dan menyimpulkan cerita”.
1)
Apersepsi dan pengelolan kelas
2)
Guru menyampaikan materi tentang “membaca dan menyimpulkan cerita”, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi
3)
Setelah selesai membaca cerita dan
mempelajarinya, siswa menutup bukunya.
4)
Guru mengambil tongkat dan
menjalankan tongkat kepada siswa sambil menyanyikan sebuah lagu, setelah itu
guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang mereka baca dan pelajari, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru
5)
Guru memberikan kesimpulan tentang
materi
6)
Evaluasi
3.
Tahap
Observasi/pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format pengamatan.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara tuntas dalam konteks pembelajaran.
4.
Tahap
Refleksi
Pada tahap ini peneliti berefleksi
terhadap hasil pengamatan tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil
refleksi ini merupakan dasar untuk pelaksanaan siklus berikutnya.
2. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan (observasi) dan tes.
Pengumpulan data dengan teknik pengamatan menggunakan instrument pengamatan.
Sedangkan tes dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan.
3. Teknik
analisis Data
Dalam
penelitian tindakan kelas ini, data di analisis dengan perhitungan persentase dan rata-rata hasil belajar yang di capai oleh
siswa. Dengan menggunakan rumus:
Dimana,
KB : Ketuntasan belajar
T :
Jumlah skor yang di peroleh siswa
Tt :
Jumlah skor total
Setelah
dilakukan perhitungan terhadap presentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai
siswa, maka selanjutnya dilihat apabila ketuntasan belajar secara klasikal ≥ 85
% maka, suatu kelas dapat dikatakan tuntas belajarnya. (Depdikbud,1996).
4. Subjek, Waktu dan Tempat Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini
adalah siswa kelas V SD Negeri
2 Tataaran dengan jumlah siswa 24 terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 9 siswa
perempuan.
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan
pada bulan mei 2012 tahun ajaran 2011/2012 di SD Negeri 2 Tataaran.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
HASIL PENELITIAN
1.1.
Deskripsi Data Siklus I
Berdasarkan penelitian yang
dilaksanakan di SD Negeri 2 Tataaran Tondano, Kecamatan Tondano Selatan
Kabupaten Minahasa khususnya siswa kelas V SD yang jumlah siswanya 24 orang.
Hal ini di lakukan untuk mengetahui kelayakan melalui penerapan model pembelajaran
talking stick dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia. Pelaksanaan
tindakan dilaksanakan melalui dua siklus dan alokasi waktu tiap kali peretemuan
adalah 2 x 35 menit. Dari pertemuan siklus pertama dan siklus kedua semua siswa
hadir.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
secara kolaborasi dengan guru kelas dan kepala sekolah yang membantu dalam
pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga
penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga kevalidan hasil penelitian.
1.1.1.
Perencanaan Tindakan
Pada siklus I ini pembelajaran
dilakukan satu kali pertemuan yang dilaksanakan pada 4 mei 2012 selama 2x35
menit dengan mengambil materi: “membaca dan menyimpulkan cerita”. Kurikulum
yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran ini adalah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dengan kompetensi dasarnya: Menyimpulkan cerita anak
dalam beberapa kalimat. Tujuan Pembelajaran yang ingin di capai dalam
pembelajaran ini adalah: Siswa dapat menyebutkan pokok-pokok isi cerita dari cerita
anak yang dibaca, siswa dapat menyimpulkan isi cerita yang dibaca.
Dalam perencanaan tindakan peneliti
mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Rencana
pelaksanaan pembelajaran
2.
Menyiapkan
media tongkat yang dibuat menarik dan aman
3.
Menyiapkan
lembar berisi cerita yang akan di bagikan kepada siswa
4.
Menyiapkan
pertanyaan saat talking stick berlangsung
5.
Menyiapkan
soal Latihan
6.
Menyiapkan
instrumen pengamatan
1.1.2.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan
sesuai dengan rancangan pembelajaran yang sudah dirancang. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a.
Kegiatan
Awal
Dalam
kegiatan ini, yang dilakukan guru adalah memberikan salam, absensi, pengelolaan
kelas baik pengelolaan pada kesiapan siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar
mengajar maupun pengelolaan pada sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran. Selanjutnya guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab,
dimana kegiatan ini dimaksudkan untuk membawa perhatian siswa pada materi yang
akan dipelajari. Pertanyaannya berupa:
-
Guru : “Anak-anak, pernahkah kalian mendengarkan
cerita, atau pernahkah kalian
membacanya pada buku-buku?
-
Siswa : “ Ya, Bu.
-
Guru : “ Cerita apa saja yang pernah kalian baca
atau dengar?
Dengan
pertanyaan diatas maka siswa diajak untuk memasuki ruang pembelajaran tentang membaca dan
menyimpulkan cerita.
b.
Kegiatan
Inti
-
Langkah
1
Menyiapkan media tongkat yang telah dibuat menarik dan aman digunakan.
Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran.
-
Langkah
2
Menyampaikan materi: “ membaca dan menyimpulkan cerita”.
-
Langkah
3
Guru
membagikan kepada setiap siswa lembaran cerita anak yang berjudul “Nyanyi Sunyi
Seruni” dan menyuruh siswa untuk membaca dan mempelajari cerita tersebut.
-
Langkah
4
Pada
tahap ini, guru menyuruh siswa menutup lembaran cerita tersebut
-
Langkah
5
Guru
mengambil tongkat yang sudah disediakan, kemudian menjalankan tongkat tersebut
sambil menyanyikan sebuah lagu yang di mulai dari siswa yang paling depan.
Setiap kali lagu terhenti, siswa yang memegang tongkat mendapat pertanyaan dari
guru dan siswa harus menjawabnya, begitu seterusnya sampai sebagian besar siswa
mendapat giliran.
-
Langkah
6
Menyimpulkan materi
-
Langkah
7
Membagikan soal latihan
c.
Kegiatan
Akhir
Pada tahap ini, guru memberikan motivasi dan saran
sehubungan dengan materi yang sudah diajarkan.
1.1.3. Observasi
Kegiatan
observasi pada tahap pertama ini dilaksanakan bersamaan dengan mitra kolaborasi,
yang terdiri dari guru kelas, kepala
sekolah dan peneliti sendiri. Pelaksanaan observasi ini berlangsung bersamaan
dengan proses pembelajaran, meliputi: aktivitas guru dan siswa, dan hasil
belajar siswa.
·
Lembar Observasi/Pengamatan Siklus I
Instrumen
Pengamatan Siklus I bagi guru/peneliti
No.
|
Komponen yang Dinilai
|
Hasil
|
Skor
|
Ket.
|
||||
Ya
|
Tidak
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1.
|
Persiapan pembelajaran
|
ü
|
ü
|
√
|
||||
2.
|
Apersepsi tentang materi
|
ü
|
√
|
|||||
3.
|
Menyampaikan tujuan pembelajaran
|
ü
|
√
|
|||||
4.
|
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai RPP
|
ü
|
√
|
|||||
5.
|
Menggunakan Media pembelajaran
|
ü
|
√
|
|||||
6.
|
Penguasaan materi pelajaran
|
ü
|
√
|
|||||
7.
|
Menumbuhkan
partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
|
ü
|
√
|
|||||
8.
|
Menarik kesimpulan
|
ü
|
√
|
|||||
9.
|
Memberikan evaluasi
|
ü
|
√
|
Keterangan:
1 = Kurang
2 = cukup
3 = Baik
4 = Sangat
Baik
Instrumen Pengamatan Siklus I untuk
siswa
No.
|
Komponen yang Dinilai
|
Hasil
|
Skor
|
Ket.
|
||||
Ya
|
Tidak
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1.
|
Mempersiapkan diri
untuk belajar
|
ü
|
√
|
|||||
2.
|
Memperhatikan secara
seksama penjelasan guru
|
ü
|
√
|
|||||
3.
|
Membaca cerita
yang di bagikan
|
ü
|
√
|
|||||
4.
|
Keberanian
menjawab pertanyaan
|
ü
|
√
|
|||||
5.
|
Kooperatif dalam
memberikan tongkat kepada rekannya
|
ü
|
√
|
|||||
6.
|
Bernyanyi bersama
selama tongkat dijalankan
|
ü
|
√
|
|||||
7.
|
Siswa
dapat menyelesaikan soal latihan
|
ü
|
√
|
Keterangan:
1 = Kurang
2 = cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
1.1.4.
Refleksi
Pada tahap refleksi siklus pertama
ini, hasil yang di capai belum begitu memuaskan, hal ini di karenakan siswa
belum terbiasa dengan model pembelajaran talking stick, tampak sekali siswa
masih terlalu kaku dan belum menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Masih banyak
siswa yang tidak serius membaca teks cerita, tertawa saat talking stick
berlangsung, dan jawaban siswa masih banyak yang kurang memuaskan yang
menyebabkan hasil belajar siswa belum mencapai apa yang di harapkan. Karena itu
peneliti perlu melaksanakan perbaikan dengan melaksanakan tindakan pada siklus
dua.
1.1.5.
Hasil Penelitian Siklus I
Hasil pembelajaran Bahasa Indonesia
tentang “membaca dan menyimpulkan cerita” melalui penerapan model pembelajaran Talking Stick di
kelas V SD Negeri 2 Tataaran dengan jumlah siswa 24 orang dapat di lihat pada
tabel berikut.
Hasil
Belajar siklus I
No.
|
Nama Siswa
|
Jenis Kelamin
|
Nilai
|
1
|
Aldo Posumah
|
L
|
70
|
2
|
Anggita Piay
|
P
|
65
|
3
|
Aurelia Mukuan
|
P
|
65
|
4
|
Christo Paat
|
L
|
65
|
5
|
Christofel Ngantung
|
L
|
70
|
6
|
Christy Rumondor
|
P
|
60
|
7
|
Claudia Ugu
|
P
|
60
|
8
|
Dejon Lumatouw
|
L
|
60
|
9
|
Delano Maapi
|
L
|
65
|
10
|
Evita Kainde
|
P
|
65
|
11
|
Hiskia Kainde
|
L
|
65
|
12
|
Jasen Lumandasa
|
L
|
70
|
13
|
Jeklin Kampong
|
P
|
65
|
14
|
Joan Mawikere
|
L
|
60
|
15
|
Joan Rumangkang
|
L
|
60
|
16
|
Juandel Lukas
|
L
|
70
|
17
|
Maikel Lumowa
|
L
|
75
|
18
|
Miracle Maramis
|
L
|
60
|
19
|
Owen Supit
|
L
|
50
|
20
|
Ravael Gosal
|
L
|
55
|
21
|
Risky Mandang
|
L
|
70
|
22
|
Seren Kinde
|
P
|
65
|
23
|
Tesalonika Daifan
|
P
|
90
|
24
|
Veronica Lensun
|
P
|
70
|
L
|
15
|
||
P
|
9
|
||
JUMLAH NILAI
|
1570
|
Persentase nilai yang diperoleh
siswa terlihat dalam tabel pada siklus I di peroleh dari jumlah nilai yang
didapat oleh siswa dibagi dengan jumlah skor total kemudian dikalikan seratus
persen, maka didapatkan nilai rata-rata:
=
65,41%
Jadi, nilai rata-rata kelas V SD Negeri 2 Tataaran pada siklus I ini adalah
65,41%.
1.2.
Deskripsi Data Siklus II
Pelaksanaan siklus II dilakukan pada
tanggal 11 mei 2012, selama 2x35 menit dengan jumlah siswa yang hadir 24 orang.
1.2.1.
Perencanaan Tindakan
Tahap ini dilaksanakan sesuai dengan
siklus I, namun pada siklus II ini lebih di fokuskan untuk memperbaiki setiap
kekurangan yang ada pada siklus I. Berdasarkan hasil penelitian maka yang
menjadi catatan penting untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan pada
pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II ini adalah masih kurangnya penguasaan
kelas oleh guru, sehingga sebagaian siswa belum mencapai hasil yang diharapkan
diakibatkan siswa-siswa tidak fokus pada materi yang sedang di pelajari maupun
pada model pembelajaran talking stick yang digunakan. Pada tahap ini, tentunya
peneliti membuat RPP yang materinya masih sama dengan siklus I namun
evaluasinya berbeda yang disusun berdasarkan kesepakatan dengan guru kelas dan
kepala sekolah.
1.2.2.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II
ini tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan siklus I. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :
a.
Kegiatan
Awal
Dalam
kegiatan ini, yang dilakukan guru adalah memberikan salam, absensi, pengelolaan
kelas baik pengelolaan pada kesiapan siswa dalam menigkuti proses kegiatan
belajar mengajar maupun pengelolaan pada sarana dan prasarana yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya guru memberikan apersepsi,
berupa pertanyaan untuk menggali ingatan siswa pada pelajaran sebelumnya.
Dengan
pertanyaan diatas maka siswa diajak untuk mengingat kembali pelajaran yang
sudah diajarkan sebelumnya.
b.
Kegiatan
Inti
-
Langkah
1
Menyiapkan media tongkat yang telah dibuat menarik dan aman digunakan.
Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran.
-
Langkah
2
Menyampaikan materi: “ membaca dan menyimpulkan cerita”.
-
Langkah
3
Guru
membagikan kepada setiap siswa lembaran cerita anak yang berjudul “Burung yang
Malang” dan menyuruh siswa untuk membaca dan mempelajari cerita tersebut.
-
Langkah
4
Pada
tahap ini, guru menyuruh siswa menutup lembaran cerita tersebut
-
Langkah
5
Guru
mengambil tongkat yang sudah disediakan, kemudian menjalankan tongkat tersebut
sambil menyanyikan sebuah lagu yang di mulai dari siswa yang paling depan.
Setiap kali lagu terhenti, siswa yang memegang tongkat mendapat pertanyaan dari
guru dan siswa harus menjawabnya, begitu seterusnya sampai sebagian besar siswa
mendapat giliran.
-
Langkah
6
Menyimpulkan materi
-
Langkah
7
Membagikan soal latihan
c.
Kegiatan
Akhir
Pada
tahap ini, guru memberikan motivasi dan saran sehubungan dengan materi yang
sudah diajarkan.
1.2.3.
Observasi
Kegiatan observasi pada siklus II
ini dilaksanakan bersamaan dengan mitra kolaborasi, yang terdiri dari guru
kelas, kepala sekolah dan peneliti
sendiri. Pelaksanaan observasi ini berlangsung bersamaan dengan proses
pembelajaran, meliputi: aktivitas guru dan siswa, dan hasil belajar siswa.
·
Lembar Observasi/Pengamatan Siklus II
Instrumen
Pengamatan Siklus II bagi guru/peneliti
No.
|
Komponen yang Dinilai
|
Hasil
|
Skor
|
Ket.
|
||||
Ya
|
Tidak
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1.
|
Persiapan pembelajaran
|
√
|
√
|
|||||
2.
|
Apersepsi tentang materi
|
√
|
√
|
|||||
3.
|
Menyampaikan tujuan pembelajaran
|
√
|
√
|
|||||
4.
|
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai RPP
|
√
|
√
|
|||||
5.
|
Menggunakan Media pembelajaran
|
√
|
√
|
|||||
6.
|
Penguasaan materi pelajaran
|
√
|
√
|
|||||
7.
|
Menumbuhkan
partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
|
√
|
√
|
|||||
8.
|
Menarik kesimpulan
|
√
|
√
|
|||||
9.
|
Memberikan evaluasi
|
√
|
√
|
Keterangan:
1 = Kurang,
2 = cukup,
3 = Baik,
4 = Sangat
Baik
Instrumen
Pengamatan Siklus II untuk siswa
No.
|
Komponen yang Dinilai
|
Hasil
|
Skor
|
Ket.
|
||||
Ya
|
Tidak
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1.
|
Mempersiapkan diri
untuk belajar
|
√
|
√
|
|||||
2.
|
Memperhatikan secara
seksama penjelasan guru
|
√
|
√
|
|||||
3.
|
Membaca cerita
yang di bagikan
|
√
|
√
|
|||||
4.
|
Keberanian
menjawab pertanyaan
|
√
|
√
|
|||||
5.
|
Kooperatif dalam
memberikan tongkat kepada rekannya
|
√
|
√
|
|||||
6.
|
Bernyanyi bersama
selama tongkat dijalankan
|
√
|
√
|
|||||
7.
|
Siswa
dapat menyelesaikan soal latihan
|
√
|
√
|
Keterangan:
1 = Kurang
2 = cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
1.2.4.
Refleksi
Berdasarkan kajian dan anlisis data
terhadap proses pembelajaran mulai dari perencanaan hingga evaluasi terhadap
aktivitas pembelajaran yang dilakukan ternyata telah terjadi peningkatan pada
pembelajaran. Hal ini terlihat pada tingginya aktivitas siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar yang sedang berlangsung, siswa terlihat sangat antusias
mengikuti setiap proses pembelajaran melalui model pembelajaran Talking Stick
baik dalam menjawab pertanyaan maupun dalam mengerjakan soal latihan.
Sehingga dilihat dari hasil
observasi dan hasil evaluasi belajar siswa, telah terjadi peningkatan kualitas
pembelajaran dan dapat di simpulkan bahwa pada siklus kedua hasilnya sudah
baik. Jadi, penelitian ini tidak dilanjutkan lagi.
1.2.5.
Hasil Penelitian Siklus II
Hasil pembelajaran Bahasa Indonesia
tentang “membaca dan menyimpulkan cerita” melalui penerapan model pembelajaran Talking Stick di kelas V SD Negeri 2
Tataaran dengan jumlah siswa 24 orang dapat di lihat pada tabel berikut.
Hasil
Belajar siklus I
No.
|
Nama Siswa
|
Jenis Kelamin
|
Nilai
|
1
|
Aldo Posumah
|
L
|
75
|
2
|
Anggita Piay
|
P
|
100
|
3
|
Aurelia Mukuan
|
P
|
100
|
4
|
Christo Paat
|
L
|
100
|
5
|
Christofel Ngantung
|
L
|
100
|
6
|
Christy Rumondor
|
P
|
100
|
7
|
Claudia Ugu
|
P
|
100
|
8
|
Dejon Lumatouw
|
L
|
100
|
9
|
Delano Maapi
|
L
|
90
|
10
|
Evita Kainde
|
P
|
100
|
11
|
Hiskia Kainde
|
L
|
90
|
12
|
Jasen Lumandasa
|
L
|
100
|
13
|
Jeklin Kampong
|
P
|
90
|
14
|
Joan Mawikere
|
L
|
100
|
15
|
Joan Rumangkang
|
L
|
100
|
16
|
Juandel Lukas
|
L
|
100
|
17
|
Maikel Lumowa
|
L
|
100
|
18
|
Miracle Maramis
|
L
|
100
|
19
|
Owen Supit
|
L
|
100
|
20
|
Ravael Gosal
|
L
|
100
|
21
|
Risky Mandang
|
L
|
100
|
22
|
Seren Kinde
|
P
|
100
|
23
|
Tesalonika Daifan
|
P
|
100
|
24
|
Veronica Lensun
|
P
|
100
|
L
|
15
|
||
P
|
9
|
||
JUMLAH NILAI
|
2345
|
Persentase nilai yang diperoleh
siswa terlihat dalam tabel pada siklus II di peroleh dari jumlah nilai yang
didapat oleh siswa dibagi dengan jumlah skor total kemudian dikalikan seratus
persen, maka didapatkan nilai rata-rata:
=
97,70%
Jadi, nilai rata-rata kelas V SD Negeri 2 Tataaran pada siklus II ini
adalah 97,70%.
2.
PEMBAHASAN
Penelitian
ini di laksanakan dengan dua siklus yang pelaksanaannya terdiri dari empat alur
yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
2.1. Siklus I
Pada
siklus I ini peneliti membuat perencanaan dengan mengambil materi: “Membaca dan
Menyimpulkan Cerita” dengan kompetensi dasarnya yaitu menyimpulkan cerita anak
dalam beberapa kalimat. Dengan indikatornya adalah menyebutkan pokok-pokok isi
cerita dari cerita anak yang dibaca dan menyimpulkan isi cerita yang dibaca.
Peneliti juga membuat RPP, menyiapkan media tongkat, teks cerita, membuat
pertanyaan saat menjalankan tongkat, membuat soal latihan dan menyiapkan
instrumen pengamatan.
Pada tahap pelaksanaan, pembelajaran dilaksanakan
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun dengan menerapkan model
pembelajaran Talking Stick dan pembelajaran siklus I ini berlangsung dengan
baik, namun para siswa masih terlihat kaku dalam proses pembelajaran. Hal ini
nampak pada kurangnya perhatian siswa ketika guru mengajukan pertanyaan ataupun
dalam menjawab pertanyaan, yang dikarenakan mereka tidak terbiasa dengan model
pembelajaran Talking Stick. Itulah sebabnya peneliti berusaha sedemikian rupa
dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga para siswa bisa
belajar dengan lebih baik lagi. Tak heran jika pada akhirnya hasil pembelajaran
pada siklus pertama ini kurang baik, karena yang diharapkan adalah hasil belajar siswa bisa meningkat. Bagaimana
bisa jika mereka tidak menyukai atau setidaknya mengikuti proses pembelajaran
dengan baik. Itulah sebabnya pembelajaran pada siklus pertama ini belum
berhasil.
2.2. Siklus II
Pada
siklus II ini, perencanaan yang dilakukan masih sama dengan perencanaan pada
siklus I namun, peneliti akan lebih fokus untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I.
Pada pelaksanaan
pembelajaran siklus kedua ini dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran
yang disusun dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick yang tidak jauh
berbeda dengan siklus I. Pembelajaran mengalami peningkatan, dan dapat dilihat
siswa semakin antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dengan model
pembelajaran Talking Stick ini, nampak sekali siswa dengan serius membaca
cerita yang telah dibagikan dan ketika tongkat dijalankan siswa terlihat senang
dan mampu menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan dengan baik dan benar.
Ketika diberikan soal latihan, siswa mengerjakannya dengan baik dan hasilnyapun
sangat baik bahkan memuaskan. Persentase keberhasilan belajar pada siklus kedua
ini mencapai 97,70%. Itu artinya penerapan model pembelajaran Talking Stick pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SD Negeri 2 Tataaran ini terlaksana
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Tabel Hasil Penelitian Siklus
I dan Siklus II
Hasil Persentase
|
Siklus I
Siklus II
|
jumlah skor yang diperoleh siswa
|
jumlah skor total
|
Analisa Data
|
Hasil (%)
|
1570
2345
|
2400
2400
|
65,41%
97,70%
|
BAB V
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan :
1.1. Penggunaan
model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan
hasil yang dicapai pada siklus pertama yaitu 65,41 % sedangkan siklus kedua
yang meningkat menjadi 97,70 %.
1.2. Model
pembelajaran Talking Stick merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan
oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dimana model
pembelajaran ini tidak hanya menyenangkan karena terdapat unsur permainan, tapi
juga dapat membentuk siswa untuk lebih berani dalam proses belajar mengajar, melatih
keterampilan membaca dan memahami dengan cepat materi yang diberikan.
2. Saran
Berdasarkan
kesimpulan diatas, peneliti mengemukakan saran sebagai berikut:
2.1. Bagi guru Sekolah
Dasar agar dapat merancang pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, dengan menerapkan
model pembelajaran Talking Stick
2.2. Sebagai
seorang guru Sekolah Dasar, kita diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan guna mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S.1993.Bahasa Indonesia I.Jakarta:Depdikbud
Aqib, Z.2006.Penelitian Tindakan Kelas.Bandung:Yrama Widya
Cahyani, Isah &
Hodijah.2008.Kemampuan Berbahasa
Indonesia di SD.Bandung:UPI
Press
Eka.2010. model-model-pembelajaran.Online
(ekagurunesama).blospot.com diakses
tanggal 21 juni 2012
Elearningunesa.ac.id.(2009).Pembelajaran menurut arends.(di akses tanggal
22 september 2011)
Deden.2010.Pembelajaran talking
stick.(dedenbilaode.blogspot.com) Diakses
tanggal 22 september 2011
Hazan, S.H. &
Zainul.1992.Evaluai Hasil Belajar.Jakarta:Depdikbud
Resmini, N,dkk.2008.Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di SD.Bandung:UPI Press
Resmini, N &
Juanda.2008.Pendidikan Bahasa Indonesia
di Kelas Tinggi.Bandung:UPI Press
Sagala, Syaiful.2007.Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.Bandung:Alfabeta
Setiawan, H. (2010).Pengertian Model Pembelajaran Online (http//www/wordpress.com)
diakses tanggal 22 september 2011
Sumantri,
M.1999.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Depdikbud
Suyatno,
H.2008.Indahnya Bahasa dan Sastra
Indonesia V SD.Jakarta:Depdikbud
Waras, Kamdi.2010.Inisiasi Pembelajaran IPA di SD.Online (http//www/wordpress.com)
diakses tanggal 22 september 2011
Warsidi,
Edi dan Farika.2008. Bahasa Indonesia
Membuatku Cerdas.Jakarta:Depdiknas
…………..1996. Petunjuk penilaian pembelajaran.Jakarta:Depdikbud
………….…2003.UU RI No. 20 thn 2003 SISDIKNAS.2007.Jakarta:Visimedia
…………..2006.
Materi Sosialisasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. http://www.depdiknas.info.ac.id/html,
diakses tanggal 21
juni 2012
…………..2011.http://www.depdiknas.info.ac.id/html,
diakses tanggal 10 desember
2011
…………..2012. model-model-pembelajaran.Online ( syacom.blogspot.com) diakses
tanggal 21 juni 2012
comment ya... jagn asal copy
BalasHapusMantap Banget... Mohon izin di copy ya...
BalasHapusni membantu banget!!!!!!
mohon maaf mau tanya clo buku refrensi talking stick nya ap ya clo boleh tau
BalasHapuskeren bro, buku refrensix ap ni ??
BalasHapusbagus bro, cuman kalo untuk ukuran skripsi sepertinya singkat banget ya??
BalasHapusini hanya contoh pembuatan skripsi bagi adik2 pemula....
BalasHapusIni untuk ptk atau eksperimen ?
BalasHapusBuku refrensinya apa ?
kalau cari bukunya kemana tu gan ?
BalasHapusMau tanya jdul buku tentang model pemb.talking stick dmn ya
BalasHapusMakasih sdh mau berbagi,..
BalasHapuskaa kalo boleh tau judul buku" yang ka ambil apa kang?
BalasHapusada RPP model talking stick gak?
BalasHapus