Selasa, 18 Desember 2012

skripsi : Model Pembelajaran Talking Stick oleh:Natalia Tunas PGSD FIP UNIMA


Judul Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick dalam meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD N 2 Tataaran
 
BAB I
PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang
            Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya  meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain.
            Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional         adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman        bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,             berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,      berdisiplin, beretos kerja,        sehat jasmani dan rohani.

            Sehingga sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain-lain.
            Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya dalam masyarakat, bangsa dan negara. Penyelenggaraan sekolah dasar berpijak pada beberapa peraturan perundang-undangan sebagai landasan yuridis. Ada tiga peraturan peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan yuridis penyelenggaraan sekolah dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dan peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengikuti pendidikan menengah.
            Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sekaligus sebagai  penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Bahasa digunakan sebagai modal dasar untuk menggali dan mempelajari ilmu pengetahuan yang belum dimiliki, serta mampu mengembangkan potensi yang dimiliki manusia. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya,  perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan berpikir dan berimajinasi yang ada dalam dirinya. 
            Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terdapat empat aspek keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lain.
            Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar bisa menjadi pembelajaran yang menarik bagi siswa apabila guru dapat membelajarkan sesuai dengan langkah pembelajaran yang tepat. Namun, ketika peneliti melakukan observasi awal di kelas V SDN 2 Tataaran, pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru, misalnya karena selama proses belajar mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah, sehingga nilai bahasa Indonesia siswa kelas V SDN 2 Tataaran dengan jumlah siswa 24 orang hanya 9 orang yang berhasil, yang artinya hanya 37,5% yang memperoleh nilai 70 keatas, sedangkan 62,5% mendapatkan nilai di bawah 70. Persentase ketuntasan tersebut masih jauh dari tujuan yang diharapkan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, terbagi dua pembelajaran membaca yaitu pembelajaran membaca permulaan dan pembelajaran membaca pemahaman. Peneliti melakukan penelitian pada pembelajaran membaca pemahaman di kelas V tentang cerita.
            Agar pembelajaran bahasa Indonesia menjadi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, salah satunya dapat dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran talking stick. Talking stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan kondisi dan suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur permainan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan model talking stick karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung. Mengingat dalam talking stick, hukuman dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dengan model talking stick murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan. 
            Fakta di lapangan tersebut memberikan inspirasi sekaligus motivasi bagi peneliti untuk melakukan tindakan peningkatan pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri 2 Tataaran”.

2.        Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang  yang ada maka yang menjadi rumusan masalah adalah “ Bagaimana penerapan model pembelajaran Talking Stick untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 2 Tataaran? “

3.      Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan hasil penerapan model pembelajaran Talking Stick dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 2 Tataaran.

4.        Manfaat Penelitian
4.1.Bagi guru : sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatkan kemampuan belajar siswa.
4.2.Bagi siswa : meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V.
4.3.Bagi peneliti : hasil penelitian ini akan memperkaya pengetahuan dan kemampuan dalam mengembangkan model-model pembelajaran inovatif di SD.


















BAB II
KAJIAN TEORI
1.        Model Pembelajaran
1.1. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Para Ahli
Menurut Arends dalam Elearningunesa.co.id,(2009) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial, Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Secara harafiah menurut Isjoni dalam elearningunesa.co.id,(2009) model pembelajaran adalah strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran.
Menurut Agus Supriono model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Gunter et al mendefinisikan an instructional model is a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes. Dalam H. Setiawan, (2010)
Menurut Joyce & Weil dalam Sumantri, (1999) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.

            Model  pembelajaran  merupakan suatu rencana dan pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pengajaran, dan membimbing pengajaran di kelas atau yang lain.
Menurut Joyce and Weil dalam Eka, (2010) model pembelajaran memliki lima unsur dasar yaitu : sintaks yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, sosial sistem adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, principles of reaction yaitu menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan dan merespon siswa, support system yaitu segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan instructional dan nurturant effect yaitu hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar dan hasil belajar di luar yang disasar.

1.2. Model-Model Pembelajaran
            Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar model pembelajaran dapat di terapkan secara efektif.
            ”Menurut Kardi dan Nur dalam Admin, (2011) ada lima bentuk model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelolah pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, diskusi dan learning strategi”.
            Berikut ini disajikan beberapa contoh model pembelajaran akan tetapi sajian yang dikemukakan ini berupa pengertian sintaksnya:
(1) pembelajaran Langsung (Direct Instruction). Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi). (2) GI (Group Investigation). Model kooperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahan data penyajian data hasil investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan reward. (3) Talking Stick.  Sintaks pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi. (4) Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning) Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi. (5) STAD (Student Teams Achievement Division) STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri. (6) Artikulasi. Artikulasi adalah model pembelajaran dengan sintaks: penyampaian konpetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan. (7) Snowball Throwing Sintaksnya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan evaluasi. Dalam  syacom.blogspot.com, (2012).

2.        Pembelajaran Talking Stick
Talking Stick adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum. sebagaimana dikemukakan Carol Locust dalam (Deden:2010) berikut ini.
            The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.
Pembelajaran Talking Stick adalah pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK.
Langkah-langkah model pembelajaran talking stick. Depdiknas (2006):
1)      Guru menyiapkan tongkat
2)      Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi
3)      Setelah selesai membaca dan mempelajari materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya
4)      Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5)      Guru memberikan kesimpulan
6)      Evaluasi
7)      Penutup


3.        Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick    
            Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, karena keefektifan setiap model tergantung bagaimana kondisi yang ada di sekolah atau kelas tersebut.
3.1.Kelebihan
a.       Menguji kesiapan siswa.
b.      Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
c.       Membuat siswa lebih giat dalam belajar.

3.2.Kekurangan
a.       Membuat siswa senam jantung. Deden (2010).

4.        Tujuan dan Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia
4.1. Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia
            Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk mengembangakan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam segala fungsinya, yaitu sebagai saran komunikasi, sarana berpikir/bernalar, sarana persatuan , dan sarana kebudayaan.
            Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di SD :

1.      Untuk mengembangkan kemampuan atau keterampilan serta sikap berbahasa yang menyangkut fungsinya sebagai alat komunikasi dan penalaran.
2.      Pendidikan bahasa di SD tidak hanya sekedar memberikan kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga harus dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Direktorat Pendidikan Tinggi dalam S. Akhadiah, dkk (1993).
            Pernyataan ini menyatakan bahwa guru-guru SD harus dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa melalui kegiatan belajar-mengajar bahasa Indonesia. Disamping mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa yang baik dan benar, guru harus dapat mengmbangkan kebiasaan serta kemampuan berpikir nalar dan kreatif secara tertib melalui bahasa yang tertib pula.
4.2. Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia
            Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berkut:
4.2.1.      Keterampilan Menyimak
                        “Menyimak menurut Djago Tarigan dalam Resmini, dkk (2006:149) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.”
4.1.2        Keterampilan Berbicara
            "Menurut Guntur Tarigan dalam Isah C. & Hodijah (2008), Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan,, dan perasaan”.
4.2.3.      Keterampilan Membaca
            “Menurut Tarigan dalam Resmini & Juanda (2008:74) membaca adalah kegiatan berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan dalam bentuk cetakan cetakan (huruf-huruf).  Menurut Heilman dalam Resmini, dkk (2006:227) membaca adalah interaksi dengan bahasa yang sudah dialihkdekan dalam bahasa tulisan.”
4.1.3        Keterampilan Menulis
            “Menulis itu berhubungan dengan membaca, mewicara dan menyimak. Baik menulis maupun membaca, mewicara dan menyimak memiliki fungsi untuk manusia dalam mengkomunikasikan pesan melalui bahasa.”
5            Hasil Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur.  
Menurut Bloom dalam  Kamdi Waras, (2010)  menyatakan bahwa,  tujuan belajar siswa diarahkan untuk  mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan ketiga ranah tersebut. Untuk lebih spesifiknya, Hamid dan Asmawi Z. (1992) merincinya sebagai berikut:

5.1.Ranah Kognitif, berhubungan dengan kemampuan berpikir. Dalam taksonomi Bloom dikenal ada 6 jenjang yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi

5.2.Ranah Afektif, berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi, penghargaan, proses internalisasi dan pembentukkan karakteristik diri.


5.3.Ranah Psikomotor, berhubungan dengan kemampuan gerak atau manipulasi yang bukan disebabkan oleh kematangan biologis. Kemampuan gerak atau manipulasi tersebut dikendalikan oleh kematangan psikologis. Jadi kemampuan tersebut adalah kemampuan yang dapat dipelajari.





















BAB III
METODE PENELITIAN

1.          Rancangan Penelitian

Pelaksanaan  tindakan
            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang mengacu pada model penelitian yang dikemukakan oleh  Hopkins dalam Aqib Z, (2006) yaitu: 1) perencanaan, 2) aksi/tindakan, 3) observasi, 4) refleksi.
perencanaan
aksi
refleksi
observasi
Perencanaan ulang
refleksi
Observasi
Aksi
 

























(Sumber :Adaptasi dari Hopkins dalam Zainal Aqib 2006 : 31)
            setiap siklus pembelajaran model ini terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu :
1.1.Perencanaan
1.2.Pelaksanaan/tindakan
1.3.Pengamatan/observasi
1.4.Refleksi

 Siklus I
1.                   Tahap Perencanaan
            Pada tahap perencanaan ini, peneliti mengambil materi tentang “membaca dan menyimpulkan cerita”. Hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan media (tongkat), membuat lembar penilaian, menyusun pertanyaan saat menjalankan tongkat dan menyiapkan instrumen pengamatan.
2.                   Tahap Tindakan/pelaksanaan
            Melaksanakan tindakan sesuai dengan persiapan atau perencanaan dengan menggunakan rancangan pembelajaran model pembelajaran Talking Stick melalui materi “membaca dan menyimpulkan cerita”.
1)      Apersepsi dan pengelolan kelas
2)      Guru menyampaikan materi tentang “membaca dan menyimpulkan cerita”, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi
3)      Setelah selesai membaca cerita dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya.
4)   Guru mengambil tongkat dan menjalankan tongkat kepada siswa sambil menyanyikan sebuah lagu, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang mereka baca dan pelajari, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5)   Guru memberikan kesimpulan tentang materi
6)   Evaluasi
3.                   Tahap Observasi/pengamatan
            Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format pengamatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara tuntas dalam konteks pembelajaran.
4.                   Tahap Refleksi
            Pada tahap ini peneliti berefleksi terhadap hasil pengamatan tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil refleksi ini merupakan dasar untuk pelaksanaan siklus berikutnya.

Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II sama dengan pembelajaran pada siklus I yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi dan refleksi.
1.                  Tahap Perencanaan
            Pada tahap perencanaan ini, peneliti mengambil materi yang sama dengan siklus pertama. Hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan media (tongkat), membuat lembar penilaian, menyusun pertanyaan saat menjalankan tongkat dan menyiapkan instrumen pengamatan.
2.                  Tahap Tindakan/pelaksanaan
            Melaksanakan tindakan sesuai dengan persiapan atau perencanaan dengan menggunakan rancangan pembelajaran model pembelajaran Talking Stick melalui materi “membaca dan menyimpulkan cerita”.
1)      Apersepsi dan pengelolan kelas
2)      Guru menyampaikan materi tentang “membaca dan menyimpulkan cerita”, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi
3)      Setelah selesai membaca cerita dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya.
4)   Guru mengambil tongkat dan menjalankan tongkat kepada siswa sambil menyanyikan sebuah lagu, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang mereka baca dan pelajari, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5)   Guru memberikan kesimpulan tentang materi
6)   Evaluasi
3.                  Tahap Observasi/pengamatan
            Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format pengamatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara tuntas dalam konteks pembelajaran.
4.                  Tahap Refleksi
            Pada tahap ini peneliti berefleksi terhadap hasil pengamatan tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil refleksi ini merupakan dasar untuk pelaksanaan siklus berikutnya.

2.      Teknik Pengumpulan Data
            Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan (observasi) dan tes. Pengumpulan data dengan teknik pengamatan menggunakan instrument pengamatan. Sedangkan tes dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan.

3.      Teknik analisis Data
            Dalam penelitian tindakan kelas ini, data di analisis dengan perhitungan persentase  dan rata-rata hasil belajar yang di capai oleh siswa. Dengan menggunakan rumus:

                    
            Dimana, KB : Ketuntasan belajar
                           T    : Jumlah skor yang di peroleh siswa
                           Tt   : Jumlah skor total                             
            Setelah dilakukan perhitungan terhadap presentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa, maka selanjutnya dilihat apabila ketuntasan belajar secara klasikal ≥ 85 % maka, suatu kelas dapat dikatakan tuntas belajarnya. (Depdikbud,1996).

4.     Subjek, Waktu dan Tempat Penelitian
            Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Tataaran dengan jumlah siswa 24 terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
            Waktu pelaksanaan penelitian ini   dilaksanakan pada bulan mei 2012 tahun ajaran 2011/2012 di SD Negeri 2 Tataaran.












BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.        HASIL PENELITIAN
1.1. Deskripsi Data Siklus I
            Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Tataaran Tondano, Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa khususnya siswa kelas V SD yang jumlah siswanya 24 orang. Hal ini di lakukan untuk mengetahui kelayakan melalui penerapan model pembelajaran talking stick dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan melalui dua siklus dan alokasi waktu tiap kali peretemuan adalah 2 x 35 menit. Dari pertemuan siklus pertama dan siklus kedua semua siswa hadir.
            Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru kelas dan kepala sekolah yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga kevalidan hasil penelitian.
1.1.1.      Perencanaan Tindakan
            Pada siklus I ini pembelajaran dilakukan satu kali pertemuan yang dilaksanakan pada 4 mei 2012 selama 2x35 menit dengan mengambil materi: “membaca dan menyimpulkan cerita”. Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan kompetensi dasarnya: Menyimpulkan cerita anak dalam beberapa kalimat. Tujuan Pembelajaran yang ingin di capai dalam pembelajaran ini adalah: Siswa dapat menyebutkan pokok-pokok isi cerita dari cerita anak yang dibaca, siswa dapat menyimpulkan isi cerita yang dibaca.
            Dalam perencanaan tindakan peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
1.      Rencana pelaksanaan pembelajaran
2.      Menyiapkan media tongkat yang dibuat menarik dan aman
3.      Menyiapkan lembar berisi cerita yang akan di bagikan kepada siswa
4.      Menyiapkan pertanyaan saat talking stick berlangsung
5.      Menyiapkan soal Latihan
6.      Menyiapkan instrumen pengamatan
1.1.2.      Pelaksanaan Tindakan
            Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan rancangan pembelajaran yang sudah dirancang. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a.       Kegiatan Awal
            Dalam kegiatan ini, yang dilakukan guru adalah memberikan salam, absensi, pengelolaan kelas baik pengelolaan pada kesiapan siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar maupun pengelolaan pada sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab, dimana kegiatan ini dimaksudkan untuk membawa perhatian siswa pada materi yang akan dipelajari. Pertanyaannya berupa:
-          Guru    : “Anak-anak, pernahkah kalian mendengarkan cerita,           atau pernahkah kalian membacanya pada buku-buku?
-          Siswa   : “ Ya, Bu.
-          Guru    : “ Cerita apa saja yang pernah kalian baca atau         dengar?
            Dengan pertanyaan diatas maka siswa diajak untuk memasuki ruang           pembelajaran tentang membaca dan menyimpulkan cerita.
b.      Kegiatan Inti
-          Langkah 1
Menyiapkan media tongkat yang telah dibuat menarik dan aman digunakan. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran.
-          Langkah 2
Menyampaikan materi: “ membaca dan menyimpulkan cerita”.
-          Langkah 3
Guru membagikan kepada setiap siswa lembaran cerita anak yang berjudul “Nyanyi Sunyi Seruni” dan menyuruh siswa untuk membaca dan mempelajari cerita tersebut.
-          Langkah 4
Pada tahap ini, guru menyuruh siswa menutup lembaran cerita tersebut
-          Langkah 5
Guru mengambil tongkat yang sudah disediakan, kemudian menjalankan tongkat tersebut sambil menyanyikan sebuah lagu yang di mulai dari siswa yang paling depan. Setiap kali lagu terhenti, siswa yang memegang tongkat mendapat pertanyaan dari guru dan siswa harus menjawabnya, begitu seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat giliran.
-          Langkah 6
Menyimpulkan materi
-          Langkah 7
Membagikan soal latihan
c.       Kegiatan Akhir
Pada tahap ini, guru memberikan motivasi dan saran sehubungan dengan materi yang sudah diajarkan.
1.1.3.      Observasi
            Kegiatan observasi pada tahap pertama ini dilaksanakan bersamaan dengan mitra kolaborasi, yang terdiri dari guru kelas,  kepala sekolah dan peneliti sendiri. Pelaksanaan observasi ini berlangsung bersamaan dengan proses pembelajaran, meliputi: aktivitas guru dan siswa, dan hasil belajar siswa.
·         Lembar Observasi/Pengamatan Siklus I
Instrumen Pengamatan Siklus I bagi guru/peneliti
No.
Komponen yang Dinilai
Hasil
   Skor
Ket.
Ya
Tidak
1
2
3
4

1.
Persiapan pembelajaran
ü   



ü   


2.
Apersepsi tentang materi
ü   






3.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
ü   






4.
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai RPP
ü   






5.
Menggunakan Media pembelajaran
ü   






6.
Penguasaan materi pelajaran
ü   






7.
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
ü   






8.
Menarik kesimpulan
ü   






9.
Memberikan evaluasi
ü   






Keterangan:
1 = Kurang
2 = cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik

            Instrumen Pengamatan Siklus I untuk siswa
No.
Komponen yang Dinilai
Hasil
   Skor
Ket.
Ya
Tidak
1
2
3
4

1.
Mempersiapkan diri untuk belajar

ü   





2.
Memperhatikan secara seksama penjelasan guru

ü   





3.
Membaca cerita yang di bagikan

ü   





4.
Keberanian menjawab pertanyaan

ü   





5.
Kooperatif dalam memberikan tongkat kepada rekannya

ü   





6.
Bernyanyi bersama selama tongkat dijalankan

ü   





7.
Siswa dapat menyelesaikan soal latihan

ü   





Keterangan:
1 = Kurang
2 = cukup
3 = Baik
4  = Sangat Baik

1.1.4.      Refleksi
            Pada tahap refleksi siklus pertama ini, hasil yang di capai belum begitu memuaskan, hal ini di karenakan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran talking stick, tampak sekali siswa masih terlalu kaku dan belum menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Masih banyak siswa yang tidak serius membaca teks cerita, tertawa saat talking stick berlangsung, dan jawaban siswa masih banyak yang kurang memuaskan yang menyebabkan hasil belajar siswa belum mencapai apa yang di harapkan. Karena itu peneliti perlu melaksanakan perbaikan dengan melaksanakan tindakan pada siklus dua.

1.1.5.      Hasil Penelitian Siklus I
            Hasil pembelajaran Bahasa Indonesia tentang “membaca dan menyimpulkan cerita” melalui penerapan model pembelajaran Talking Stick di kelas V SD Negeri 2 Tataaran dengan jumlah siswa 24 orang dapat di lihat pada tabel berikut.
Hasil Belajar siklus I
No.
Nama Siswa
Jenis Kelamin
Nilai
1
Aldo Posumah
L
70
2
Anggita Piay
P
65
3
Aurelia Mukuan
P
65
4
Christo Paat
L
65
5
Christofel Ngantung
L
70
6
Christy Rumondor
P
60
7
Claudia Ugu
P
60
8
Dejon Lumatouw
L
60
9
Delano Maapi
L
65
10
Evita Kainde
P
65
11
Hiskia Kainde
L
65
12
Jasen Lumandasa
L
70
13
Jeklin Kampong
P
65
14
Joan Mawikere
L
60
15
Joan Rumangkang
L
60
16
Juandel Lukas
L
70
17
Maikel Lumowa
L
75
18
Miracle Maramis
L
60
19
Owen Supit
L
50
20
Ravael Gosal
L
55
21
Risky Mandang
L
70
22
Seren Kinde
P
65
23
Tesalonika Daifan
P
90
24
Veronica Lensun
P
70

L
15


P
9


JUMLAH NILAI

1570

            Persentase nilai yang diperoleh siswa terlihat dalam tabel pada siklus I di peroleh dari jumlah nilai yang didapat oleh siswa dibagi dengan jumlah skor total kemudian dikalikan seratus persen, maka didapatkan nilai rata-rata:

                                                            = 65,41%
Jadi, nilai rata-rata kelas V SD Negeri 2 Tataaran pada siklus I ini adalah 65,41%.

1.2. Deskripsi Data Siklus II
            Pelaksanaan siklus II dilakukan pada tanggal 11 mei 2012, selama 2x35 menit dengan jumlah siswa yang hadir 24 orang.
1.2.1.      Perencanaan Tindakan
            Tahap ini dilaksanakan sesuai dengan siklus I, namun pada siklus II ini lebih di fokuskan untuk memperbaiki setiap kekurangan yang ada pada siklus I. Berdasarkan hasil penelitian maka yang menjadi catatan penting untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan pada pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II ini adalah masih kurangnya penguasaan kelas oleh guru, sehingga sebagaian siswa belum mencapai hasil yang diharapkan diakibatkan siswa-siswa tidak fokus pada materi yang sedang di pelajari maupun pada model pembelajaran talking stick yang digunakan. Pada tahap ini, tentunya peneliti membuat RPP yang materinya masih sama dengan siklus I namun evaluasinya berbeda yang disusun berdasarkan kesepakatan dengan guru kelas dan kepala sekolah.
1.2.2.      Pelaksanaan Tindakan
            Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan siklus I. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a.       Kegiatan Awal
            Dalam kegiatan ini, yang dilakukan guru adalah memberikan salam, absensi, pengelolaan kelas baik pengelolaan pada kesiapan siswa dalam menigkuti proses kegiatan belajar mengajar maupun pengelolaan pada sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya guru memberikan apersepsi, berupa pertanyaan untuk menggali ingatan siswa pada pelajaran sebelumnya.
                        Dengan pertanyaan diatas maka siswa diajak untuk mengingat kembali pelajaran yang sudah diajarkan sebelumnya.
b.      Kegiatan Inti
-          Langkah 1
Menyiapkan media tongkat yang telah dibuat menarik dan aman digunakan. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran.
-          Langkah 2
Menyampaikan materi: “ membaca dan menyimpulkan cerita”.
-          Langkah 3
Guru membagikan kepada setiap siswa lembaran cerita anak yang berjudul “Burung yang Malang” dan menyuruh siswa untuk membaca dan mempelajari cerita tersebut.
-          Langkah 4
Pada tahap ini, guru menyuruh siswa menutup lembaran cerita tersebut
-          Langkah 5
Guru mengambil tongkat yang sudah disediakan, kemudian menjalankan tongkat tersebut sambil menyanyikan sebuah lagu yang di mulai dari siswa yang paling depan. Setiap kali lagu terhenti, siswa yang memegang tongkat mendapat pertanyaan dari guru dan siswa harus menjawabnya, begitu seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat giliran.
-          Langkah 6
Menyimpulkan materi
-          Langkah 7
Membagikan soal latihan
c.       Kegiatan Akhir
            Pada tahap ini, guru memberikan motivasi dan saran sehubungan dengan materi yang sudah diajarkan.
1.2.3.      Observasi
            Kegiatan observasi pada siklus II ini dilaksanakan bersamaan dengan mitra kolaborasi, yang terdiri dari guru kelas,  kepala sekolah dan peneliti sendiri. Pelaksanaan observasi ini berlangsung bersamaan dengan proses pembelajaran, meliputi: aktivitas guru dan siswa, dan hasil belajar siswa.
·         Lembar Observasi/Pengamatan Siklus II
Instrumen Pengamatan Siklus II bagi guru/peneliti
No.
Komponen yang Dinilai
Hasil
   Skor
Ket.
Ya
Tidak
1
2
3
4

1.
Persiapan pembelajaran





2.
Apersepsi tentang materi





3.
Menyampaikan tujuan pembelajaran





4.
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai RPP





5.
Menggunakan Media pembelajaran





6.
Penguasaan materi pelajaran





7.
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran





8.
Menarik kesimpulan





9.
Memberikan evaluasi






Keterangan:
1 = Kurang,
 2 = cukup,
3 = Baik,
4 = Sangat Baik


Instrumen Pengamatan Siklus II untuk siswa
No.
Komponen yang Dinilai
Hasil
   Skor
Ket.
Ya
Tidak
1
2
3
4

1.
Mempersiapkan diri untuk belajar






2.
Memperhatikan secara seksama penjelasan guru






3.
Membaca cerita yang di bagikan






4.
Keberanian menjawab pertanyaan






5.
Kooperatif dalam memberikan tongkat kepada rekannya






6.
Bernyanyi bersama selama tongkat dijalankan






7.
Siswa dapat menyelesaikan soal latihan







Keterangan:
1 = Kurang
2 = cukup
3 = Baik
4  = Sangat Baik
1.2.4.      Refleksi
            Berdasarkan kajian dan anlisis data terhadap proses pembelajaran mulai dari perencanaan hingga evaluasi terhadap aktivitas pembelajaran yang dilakukan ternyata telah terjadi peningkatan pada pembelajaran. Hal ini terlihat pada tingginya aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar yang sedang berlangsung, siswa terlihat sangat antusias mengikuti setiap proses pembelajaran melalui model pembelajaran Talking Stick baik dalam menjawab pertanyaan maupun dalam mengerjakan soal latihan.
            Sehingga dilihat dari hasil observasi dan hasil evaluasi belajar siswa, telah terjadi peningkatan kualitas pembelajaran dan dapat di simpulkan bahwa pada siklus kedua hasilnya sudah baik. Jadi, penelitian ini tidak dilanjutkan lagi.
1.2.5.      Hasil Penelitian Siklus II
            Hasil pembelajaran Bahasa Indonesia tentang “membaca dan menyimpulkan cerita” melalui penerapan model pembelajaran Talking Stick di kelas V SD Negeri 2 Tataaran dengan jumlah siswa 24 orang dapat di lihat pada tabel berikut.
Hasil Belajar siklus I
No.
Nama Siswa
Jenis Kelamin
Nilai
1
Aldo Posumah
L
75
2
Anggita Piay
P
100
3
Aurelia Mukuan
P
100
4
Christo Paat
L
100
5
Christofel Ngantung
L
100
6
Christy Rumondor
P
100
7
Claudia Ugu
P
100
8
Dejon Lumatouw
L
100
9
Delano Maapi
L
90
10
Evita Kainde
P
100
11
Hiskia Kainde
L
90
12
Jasen Lumandasa
L
100
13
Jeklin Kampong
P
90
14
Joan Mawikere
L
100
15
Joan Rumangkang
L
100
16
Juandel Lukas
L
100
17
Maikel Lumowa
L
100
18
Miracle Maramis
L
100
19
Owen Supit
L
100
20
Ravael Gosal
L
100
21
Risky Mandang
L
100
22
Seren Kinde
P
100
23
Tesalonika Daifan
P
100
24
Veronica Lensun
P
100

L
15


P
9


JUMLAH NILAI

2345

            Persentase nilai yang diperoleh siswa terlihat dalam tabel pada siklus II di peroleh dari jumlah nilai yang didapat oleh siswa dibagi dengan jumlah skor total kemudian dikalikan seratus persen, maka didapatkan nilai rata-rata:

                                                            = 97,70%
Jadi, nilai rata-rata kelas V SD Negeri 2 Tataaran pada siklus II ini adalah 97,70%.
2.      PEMBAHASAN
            Penelitian ini di laksanakan dengan dua siklus yang pelaksanaannya terdiri dari empat alur yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
2.1. Siklus I
            Pada siklus I ini peneliti membuat perencanaan dengan mengambil materi: “Membaca dan Menyimpulkan Cerita” dengan kompetensi dasarnya yaitu menyimpulkan cerita anak dalam beberapa kalimat. Dengan indikatornya adalah menyebutkan pokok-pokok isi cerita dari cerita anak yang dibaca dan menyimpulkan isi cerita yang dibaca. Peneliti juga membuat RPP, menyiapkan media tongkat, teks cerita, membuat pertanyaan saat menjalankan tongkat, membuat soal latihan dan menyiapkan instrumen pengamatan.
            Pada tahap pelaksanaan, pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick dan pembelajaran siklus I ini berlangsung dengan baik, namun para siswa masih terlihat kaku dalam proses pembelajaran. Hal ini nampak pada kurangnya perhatian siswa ketika guru mengajukan pertanyaan ataupun dalam menjawab pertanyaan, yang dikarenakan mereka tidak terbiasa dengan model pembelajaran Talking Stick. Itulah sebabnya peneliti berusaha sedemikian rupa dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga para siswa bisa belajar dengan lebih baik lagi. Tak heran jika pada akhirnya hasil pembelajaran pada siklus pertama ini kurang baik, karena yang diharapkan adalah  hasil belajar siswa bisa meningkat. Bagaimana bisa jika mereka tidak menyukai atau setidaknya mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Itulah sebabnya pembelajaran pada siklus pertama ini belum berhasil.

2.2. Siklus II
            Pada siklus II ini, perencanaan yang dilakukan masih sama dengan perencanaan pada siklus I namun, peneliti akan lebih fokus untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I.
            Pada pelaksanaan pembelajaran siklus kedua ini dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick yang tidak jauh berbeda dengan siklus I. Pembelajaran mengalami peningkatan, dan dapat dilihat siswa semakin antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran Talking Stick ini, nampak sekali siswa dengan serius membaca cerita yang telah dibagikan dan ketika tongkat dijalankan siswa terlihat senang dan mampu menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan dengan baik dan benar. Ketika diberikan soal latihan, siswa mengerjakannya dengan baik dan hasilnyapun sangat baik bahkan memuaskan. Persentase keberhasilan belajar pada siklus kedua ini mencapai 97,70%. Itu artinya penerapan model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SD Negeri 2 Tataaran ini terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan.



Tabel Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II





Hasil Persentase





Siklus I



Siklus II
jumlah skor yang diperoleh siswa
jumlah skor total
Analisa Data
Hasil (%)

1570



2345

2400



2400

65,41%


97,70%

















BAB V
PENUTUP

1.        Kesimpulan

            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan :
1.1. Penggunaan model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan hasil yang dicapai pada siklus pertama yaitu 65,41 % sedangkan siklus kedua yang meningkat menjadi 97,70 %.
1.2. Model pembelajaran Talking Stick merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dimana model pembelajaran ini tidak hanya menyenangkan karena terdapat unsur permainan, tapi juga dapat membentuk siswa untuk lebih berani dalam proses belajar mengajar, melatih keterampilan membaca dan memahami dengan cepat materi yang diberikan.

2.      Saran
            Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti mengemukakan saran sebagai berikut:
2.1. Bagi guru Sekolah Dasar agar dapat merancang pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick
2.2. Sebagai seorang guru Sekolah Dasar, kita diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan guna mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.




















DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S.1993.Bahasa Indonesia I.Jakarta:Depdikbud
Aqib, Z.2006.Penelitian Tindakan Kelas.Bandung:Yrama Widya
Cahyani, Isah & Hodijah.2008.Kemampuan Berbahasa Indonesia di           SD.Bandung:UPI Press
Eka.2010. model-model-pembelajaran.Online (ekagurunesama).blospot.com          diakses             tanggal 21 juni 2012
Elearningunesa.ac.id.(2009).Pembelajaran menurut arends.(di akses           tanggal 22       september 2011)
Deden.2010.Pembelajaran talking stick.(dedenbilaode.blogspot.com)          Diakses            tanggal 22 september 2011
Hazan, S.H. & Zainul.1992.Evaluai Hasil Belajar.Jakarta:Depdikbud
Resmini, N,dkk.2008.Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran          Bahasa            dan Sastra Indonesia di SD.Bandung:UPI Press
Resmini, N & Juanda.2008.Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi.Bandung:UPI Press
Sagala, Syaiful.2007.Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu             Pendidikan.Bandung:Alfabeta
Setiawan, H. (2010).Pengertian Model Pembelajaran Online           (http//www/wordpress.com) diakses tanggal 22 september 2011
Sumantri, M.1999.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Depdikbud
Suyatno, H.2008.Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia V SD.Jakarta:Depdikbud
Waras, Kamdi.2010.Inisiasi Pembelajaran IPA di SD.Online           (http//www/wordpress.com) diakses tanggal 22 september 2011
Warsidi, Edi dan Farika.2008. Bahasa Indonesia Membuatku           Cerdas.Jakarta:Depdiknas
…………..1996. Petunjuk penilaian pembelajaran.Jakarta:Depdikbud
………….…2003.UU RI No. 20 thn 2003 SISDIKNAS.2007.Jakarta:Visimedia
…………..2006. Materi Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.             http://www.depdiknas.info.ac.id/html, diakses tanggal 21 juni 2012
…………..2011.http://www.depdiknas.info.ac.id/html, diakses tanggal 10             desember 2011
 …………..2012. model-model-pembelajaran.Online ( syacom.blogspot.com)         diakses             tanggal 21 juni 2012











12 komentar:

  1. comment ya... jagn asal copy

    BalasHapus
  2. Mantap Banget... Mohon izin di copy ya...
    ni membantu banget!!!!!!

    BalasHapus
  3. mohon maaf mau tanya clo buku refrensi talking stick nya ap ya clo boleh tau

    BalasHapus
  4. keren bro, buku refrensix ap ni ??

    BalasHapus
  5. bagus bro, cuman kalo untuk ukuran skripsi sepertinya singkat banget ya??

    BalasHapus
  6. ini hanya contoh pembuatan skripsi bagi adik2 pemula....

    BalasHapus
  7. Ini untuk ptk atau eksperimen ?
    Buku refrensinya apa ?

    BalasHapus
  8. kalau cari bukunya kemana tu gan ?

    BalasHapus
  9. Mau tanya jdul buku tentang model pemb.talking stick dmn ya

    BalasHapus
  10. kaa kalo boleh tau judul buku" yang ka ambil apa kang?

    BalasHapus
  11. ada RPP model talking stick gak?

    BalasHapus